Minggu, 05 Februari 2012 0 komentar

Ru’yah (melihat) Allah dalam Pandangan Ulama




Dalam pandangan Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah(Sunni) bahwa melihat Allah di dunia dan akhirat hukumnya adalah jaiz(boleh), dan dalam segi akal itu mungkin, karena Allah SWT benar-benar ada, dan setiap yang ada bisa dilihat, dan Allah SWT bisa dilihat jika ia menginginkan itu, tetapi itu belum pernah terjadi di dunia kecuali hanya Nabi Muhamad SAW saja lah yang melihatnya.
Dan hukumnya wajib di Akhirat sama seperti yang dijelaskan oleh Al-Quran:
وُجُوهٌ۬ يَوۡمَئذٍ۬ نَّاضِرَةٌ (٢٢) إِلَىٰ رَبِّها نَاظِرَةٌ۬ (٢٣)
Artinya: Wajah-wajah [orang-orang mu’min] pada hari itu berseri-seri. (22) Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (23)
Menurut Jubai kata melihat (النظر) dalam ayat di atas maksudnya adalah menunggu dan memaknai (إلي) adalah nikmat, jadi menurut Jubai maksud dari ayat di atas adalah menunggu nikmat dari Allah
لِّلَّذِينَ أَحسَنُواْ الحُسنيٰ وَزِيَادَةٌ۬‌ۖ
Artinya:  Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik [surga] dan tambahannya.
Menurut Para Mufassir bahwa (الحسني) maksudnya adalah surge dan (الزيادة) artinya adalah melihat wajah Allah, dan sama seperti yang di jelaskan di ayat lain
عَلَى ٱلأَرَآئكِ يَنظُرُونَ (٢٣(
Artinya: mereka [duduk] di atas dipan-dipan sambil memandang.
Begitu juga  banyak hadis yang menjelaskan seperti yang tertulis di shahih bukhori
(إنّكم سترون ربكم كما ترون القمر ليلة البدر)
Artinya:  Sesungguhnya kalian akan melihat tuhan kalian sama seperti kalian melihat bulan pada malam purnama.
Perumpamaan yang dipakai Rasulullah SAW itu, menujukkan agar tidak adanya keraguan dan rahasia bahwa sesungguhnya Allah itu benar-  benar ada, dan juga untuk menghilangkan tuduhan bahwa Allah tidak ada. Dan Mu’tazilah menafsirkan hadis ini: mereka (penghuni surga) akan melihat rahmat Allah SWT, akan tetapi Ijma mengatakan bahwa semua sahabat RA meyakini, bahwa para penghuni surga akan melihat Allah SWT di surga nanti.
Menurut Imam Malik RA : “kenapa para musuh Allah SWT dihijab, hingga mereka sama sekali tidak akan bisa melihat Allah SWT, sedangkan para waliyullah diberi keterangan hingga bisa melihat Allah, kalau saja para mukmin saja tidak bisa melihat Allah pada hari kiamat, kenapa para kafir dihina karena terhijab( tidak bisa melihat Allah)?”. Menurut Imam Malik RA jika para mukmin tidak bisa melihat Allah pada hari akhir, kenapa para kafir itu dicela karena tidak bisa melihat Allah, padahal mukmin dan kafir sama-sama tidak bisa melihat Allah?
كَلَّآ إِنَّهمۡ عَن رَّبِّهمۡ يَومئذ۬ لَّمَحجُوبُونَ (١٥(
Artinya: sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari [melihat] Tuhan mereka. (15)
Ru’yah dalam pandangan para ulama di klasifikasikan menjadi tiga, yang pertama bahwa ru’yah itu hanya memandang biasa saja, yang kedua adalah melihat seluruh wajahnya secara jelas,sama seperti dalam ayat Al Qiyamah : 22-23, yang ketiga  adalah melihat seluruh tubuhnya, sama seperti yang dikatakan oleh Abi Yazid Al Basthomi
Ahli Sunnah Wal Jama’ah atau para ulama yang berpendapat pertama, sesungguhnya orang beriman melihat Allah SWT dengan tidak terperinci, atau tidak sama seperti kita melihat diantara kita, atau tidak bisa kita melihat wajahnya atau menyerupainya dengan yang lain
Seorang mukmin ketika melihat Allah SWT tidak akan bisa menggambarkan Allah, dan ini adalah jawaban Sunni terhadap Mu’tazilah, karena mereka beranggapan bahwa melihat Allah SWT adalah hal yang mustahil, dan mereka berdalil dengan surat Al-An’am ayat 103.
 لَّا تُدۡرِكه الأَبصَـٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ الأَبصَـٰرَُ‌ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلخَبِيرُ (١٠٣)
Artinya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (103)
Dan mereka berdalih bahwa ini adalah dalil dari Al- Quran bahwa Allah SWT tidak bisa dilihat dengan mata manusia,dan makna asli dari ayat itu adalah bahwa Dia tidak dapat diketahui oleh penglihatan mata.
Kemudian Sunni menjawab lagi, kami juga tidak setuju jika yang dimaksud dalam ayat itu adalah hanya melihat biasa, tetapi yang dimaksud lihat di dalam aya itu adalah penglihatan yang khusus, atau penglihatan secara menyeluruh, dan bisa menggambarkan bentuk Allah, atau bisa diserupakan dengan sesuatu. Dan menurut Sunni jika seperti itu kami juga memustahilkan, karena yang dimaksud kami adalah melihat, hanya sekedar melihat tanpa secara jelas dan menyeluruh, atau kita tidak bisa menggambarkan bahwa Allah itu memiliki tangan, dan tangannya seperti sesuatu, hal yang seperti itu adalah tidak mungkin, karena akal kita tidak akan bisa sampai kesana.

والله اعلم بالصوّاب

 
;